Makassar Kota kita. Namanya “ApotekBersaudara”. Sekilas tempat ini bukanlah sebuah apotek sekaligus tempat praktik dokter spesialis… melainkan sebuah salon; tiga buah stan spanduk berukuran satu kali dua meter terpampang portrait di setiap sudut bertuliskan daftar harga mulai dari pemotongan rambut, smoothing, rebonding sampai hair coloring … salon tepatnya berada di lantai dua… yup, ingat Kahitna ingat Dia… ingat Makassar, ingat Kota kita- tentang Kota ruko dengan pemanfaatan bangunan sebagai fungsi ganda…
Terdapat beberapa ruangan yang terbentuk dari partisi multiplex. Enam ruang untuk dokter dengan masing-masing keahliannya… sebuah ruang administrasi dan juga sebagai tempat bercanda para perawat dan apoteker…. Gudang dan sebuah kamar mandi…
Seperti di pete-pete atau mobil patrol Mr.polis , kursi beragam jenis dihadapkan satu sama lain… memanjar mengisi limaEnam meter koridor selebar dua meter. Hampir di tengah-tengah berdirilah sebuah pilar melingkar, yah kira-kira berdiameter enamPuluh centimeter…. Posisi yang sangat mengganggu sirkulasi bagi kebanyakan orang yang menganut gigantisme… mempercayai bahwa memiliki berat badan berlebih akan terlihat lebih sensual…
Sebuah malam, hujan & senyum. Hari keTujuhBelas mengunjungi tempat itu; still raining..hurry up... lampu-lampu jalan; cahaya orange membias dari jalan yang masih basah, sesekali buyar oleh percikan dari putaran roda kendaraan yang melaju cukup kencang… perempatan dan boulevard-nya; menyisakan sebongkah harapan; mengisahkan sepenggal cerita… terlalu naïf jika disebut karena ketamakan dunia, begitu pula keramahan tak terjamah… saya sendiri tidak bisa berbuat banyak; ingin membantu tapi tak mampu, sepelit apakah saya jika doa kecil saja tak bisa saya berikan… seorang wanita termakan usia; duduk bersila menjulurkan kaleng bekas; tanpa bersilat lidah menunggu juluran tangan-tangan satu dua recehan dari kantong-kantong tak beriak… meski tertutupi dengan kresekan hitam, mata ini tak bisa bohong dan saya yakin sedari tadi rembesan air hujan hampir menggenangi seluruh tubuhnya… sungguh pemandangan yang menyayat hati…
###
Dari parkiran yang tidak cukup jauh; masih tersengal-sengal setelah berlarian dengan anak si pembawa payung… Membuka daun pintu couple berkaca mozaik klasik; dengan serentak - satu, dua, tiga dan ternyata banyak pasang mata yang melirik saya… huhh…so close….kali ini Saya yakin bukan karena wajah atau penampilan saya yang sok cool; hanya sehening dekikan pintu bergesekan dengan permukaan keramik… parahnya lagi, saya dan pakaian yang setengah kuyup… belum sempat mereka memalingkan wajah, sedikit menunduk dan selebar senyuman ternyata berhasil membuat suasana hangat kembali… thanks for your smile…hanya mencoba agar orang-orang ini menjadi nyaman akan kehadiran saya…
Selalu saja… Teringat perkataan seorang teman*, jika tersenyum lantas si gadis tak memalingkan wajah; itu tandanya lima persen cinta kamu sudah pasti membekas. Dan jika Ia membalas dengan senyum yang tak kalah lebarnya; sadar tak sadar-sengaja tak sengaja; satu dua kalimat akan membantu kalian saling menukarkan nomer Hp bahkan pin Bb….
Hehehe… yang benar saja… sepertinya dia asisten dokter, mungkin juga miss apoteker. wajah yang mudah ditebak… “Sederhana dan biasa-biasa saja, nothing special, it will be okay Adri” gumam saya dalam hati berusaha untuk menidakkan segala tentangnya… entahlah ia mampu membuat saya mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini… huhh… mendapatkan kata iya dari sang gadis memang mudah… terlebih perhatian sekaligus menjadi tempat berlabuhnya hati… hohoho…-pallakaTawwa- “hei..hei... ayolah… nunggu apa lagi|tidak…tidak secepat itu |impian tanpa tindakan itu tak ada artinya | be quite… masih ada hari esok !” begitulah dialog pertarungan kecil dua sisi Adri mencoba untuk saling memenangkan... tentang perasaan; untuk itu saya punya seribu satu pertimbangan… meski tak sekali pun serius mempelajari ilmu ekonomi, Saya fasih mengartikan antara keinginan, dan yang mana kebutuhan saya…
Sungguh klasik… saya dan kedua sisi… bukan kali ini saja, sebelumnya ada banyak pertarungan yang lebih hebat lagi… saya senang kehadiran mereka; membuat saya lebih pandai membuat pilihan… teruntuk si hebat, miss apoteker… terimakasih untuk hari itu…
Let’s hoping. beberapa detik berlalu, segera saya mencari tempat duduk yang masih kosong… tempat yang paling dekat dengan pilar pun menjadi pilihan saya; lebih privasi soalnya… dari sana saya bisa seenaknya memperhatikan orang-orang tanpa membuat mereka risih…
Seorang bocah dan permainannya; kemaren hari saya lihat dia membawa sebuah album yang di dalamnya terdapat tokoh kartun digital monster; hebat full version…waktu kecil dulu saya juga mengoleksi gambar pockemon tapi tak selengkap dirinya…. hari itu Ia sibuk menerbangkan jet mainannya, sesekali berdesis, merancu tak beracu, dan merintih layaknya kesakitan; esok apa lagi yah yang dibawanya… sungguh polos, tanpa beban, sebuah kebebasan; masih saja asyik dengan dunianya sendiri, tak tahu menahu melihat ayahnya yang sedang dipapah keluar dan masuk lagi dengan bantuan kursi roda…
Seorang wanita; wuih… lagi-lagi; dengan pakaian yang seronok … kaos abu-abu yang menutupi tigaperempat lengannya; jeans ketat; rambut terurai dan tentunya perias wajah yang berlebih untuk tempat seperti ini… “yah.. kelak punya istri tak saya biarkan Ia berpenampilan seperti ini!” gumam saya… mana rela saya membiarakan seribu pasang mata mengerayangi setiap lekukan tubuhnya… beberapa saat berlalu, ia masuk kemudian keluar dari ruang dokter dan menggendong seorang anak… “mah..mamah..!” pinta wajah cengingisan seorang anak… sekali usapan di dahi lantas membuat kepala anak itu bersandar tenang di bahu sang mamah… hmmm single parent… tidak jarang saya menilai salah seseorang yang baru saya temui… saya berandai-andai lagi, jika mereka adalah keluarga saya; saya tak punya cukup alasan untuk tidak hadir di samping mereka…
Dunia tidak selamanya memihak; namun bisa jadi terlalu indah. Sepasang suami Istri… masing-masing dari mereka; sepertinya sudah berkepala enampuluh bahkan lebih… salut jadinya; melihat kehangatan dan ketulusan kasih mereka… saya teringat mantan kekasih pertama dulu; tak cukup lama; namun kami banyak membuat; terlalu banyak janji… untuk setia sampai tua salah satunya… hahaha… saya pasti tersenyum saat mengingatnya… masih banyak lagi janji yang sangat klise… begitulah kami memaknai hubungan kami saat itu; kami yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama… wajarlah… kami mengenal cinta sebelum mengenal diri kami masing-masing… caile, hehehe…. hei saya tidak menyebutnya itu cinta monyet; setidaknya kami pernah saling & saya belajar banyak di sana… dan kalau pun cinta monyet; monyet pun pastinya belajar…iya kan!.... piss… piss… noMention….
22.04 WITA. Terlalu banyak berandai, membuat kelopak mata saya semakin berat… saya pun beranjak; berjalan ke luar gedung dan mencari angin segar … mendengar musik di mobil bukanlah pilihan yang buruk… oiah.. akhir-akhir ini saya senang mendengarkan dua frekuensi; iRadio dan juga medika… hai hai mengapa mereka? Saya dan teman-teman seangkatan di Arsitektur menjadikannya sebagai frekuensi yang wajib; dimana kami kumpul di situlah iRadio selalu hadir… sebagai catatan, saya dan Iradio; kami tidak ada MoU sampe-sampe saya harus menuliskannya di blog saya… medika fm? Heh saya seneng saja radio kampus yang paling banyak memiliki penyiar cadelll…. Hehehe… Hour-After itu keren lho…selalu menemani saya dan senja kembali ke peraduan…
Kemudian…. terputarlah lagu dari kahitna; judulnya tak begitu saya tahu… lumayan asik juga sih didengar. ----lalu aku bilang sayang, wajahmu merah merona...lalu harus bagaimana lagi dara, cara untuk mendapatkan dirimu…bla.bla..bla... jangan kau buat aku terlalu lama menunggu---- begitu beberapa potongan lagunya… belum selesai, di balik kaca perlahan titik-titik air tidak deras namun cukup membasahi… hmmm… di luar sana gerimis… tau saja saya lagi memikirkan seseorang… seperti di sinetron-sinetron saja pikir saya… hah aya-aya wae…
Least but not the last. Sosok wanita yang teduh… meski termakan usia, terlihat sebongkah semangat hidup yang besar untuk anak-anaknya… yup, perkenalkan dialah mama saya… saya keluar lalu melambaikan tangan… masih berlomba dengan hujan, saya pun membuka pintu dan mempersilahkan mamah segera masuk ke mobil… saya rebahkan sedikit sandaran kursi mamah dan menyuruhnya istirahat sejenak dalam perjalanan ke rumah… “Yat, sedari tadi kamu ngapain?” Tanya mamah lirih dengan mata terpejam… “hhmmm.. menikmati hidup mah!” gumam saya sambil tersenyum… Makassar semakin larut, dan kami pun melaju…
nb. *teman saya, @diki
No comments:
Post a Comment