Mungkin aku adalah salah satu pengagum hujan yang berkeliaran di luar sana. Saat hujan datang, anak-anak kegirangan menyambutnya. Bermain air di taman…menggoyangkan dahan agar segera bersimpuh riuh ribuan titik di tanah… Membuat bola dari tanah liat, melempar sambil berteriak agar jangan sampai jatuh di kolam…
Di jalan sana, pengendara dua roda berhamburan. Mereka saling berlomba-lomba mencari tempat berteduh. kanopi-kanopi rumah toko pinggiran jalan selalu menjadi tempat favorit bagi mereka yang benar-benar tidak menyangka akan turun hujan…
Kulihat pula Sepasang adam hawa berseragam putih abu-abu, jalan berdampingan; tidak cepat, tidak pula lambat… berteduh dalam satu payung berwarna merah maron... tanpa bertanya dan kutebak mereka sedang menikmati cinta…
Aku senang hujan… kusuka bau tanah yang khas saat panas bumi naik ke permukaan bak mendapatkan si raja disulap menjadi pangeran kodok. Bebek-bebek di halaman belakang rumahku tak kalah gembiranya. Sesekali mereka mencelupkan kepala berbentuk EL terbaliknya ke dalam lumpur… sedang cacing tetap memilih untuk bersembunyi di balik empuknya gumpalan marmer…
Bapak ibu petani senang melihat buliran padinya bermandikan permadani yang mengalir seperti evaporasi es balok di gurun… sepertinya sang atacama sebentar lagi akan menjadi sabana; surga dari berbagai macam besar kecil kehidupan…
Hujan usai bukan berarti kesenanganku berakhir. ada Satu lagi kejutan yang kusukai dari peristiwa alam ini. Meski aku tak begitu mengenalnya, mereka adalah bidadari seribu warna yang sering memberiku bianglala di tengah biru putih nan damai…
Hujan pula yang selalu mengingatkanku kepada seseorang teman… meski selamanya tak benar-benar ingin kujadikan teman yang hanya sebatas teman… kala itu seusai hujan turun… sering dia ajakku melihat pepohonan… mengambil gambar & mengomentarinya…”ihh itu bagus, yang ini juga lumayan. Nto’ ambil gambar gw dong dari sana… eh bukan… dari situ aja!” kuingat benar saat ia merengek seperti itu. Saat kutanya pohon apa yang begitu membuatnya senang, dia hanya menyebut apa saja pohon berbunga. Dan saat di sampingku, dia tak pernah diam; berceloteh sembari menggoyangkan telunjuknya berarah ke bunga-bunga kuning & ungu itu. pernah satu waktu, dengan sengaja kuminta dia menungguku di bawah pohon kesukaannya… dari jauh aku melihatnya, sepertinya akan badai jadi kutunggu sampai hujan turun agar bertambah pula romansa saat itu… tapi kau adalah kau; tetap saja sahabatku; sahabat yang polos; yah kau dan kacamatamu…
Wahai hujan, sampaikan salamku buat temanmu di luar sana… semi & gugur… jika semi datang semikanlah pohon yang berwarna kuning & ungu terlebih dulu… begitupula jika gugur datang buatlah pohon yang berwarna kuning & ungu terakhir menjatuhkan bunganya… tapi kau jangan khawatir, aku tetap memilihmu sebagai hujan yang begitu memukauku…
No comments:
Post a Comment