OK

Saturday, February 08, 2014

Bukannya pendiam, mereka hanya pemalu

Suasana di kota-kota metropolitan selalu saja memiliki pemandangan yang serupa. Kehadiran gemerlapan cahaya seakan wajib di setiap sudut kota. Tak terkecuali jumat malam kota kita, Makassar. Aroma akhir pekan mulai terasa; Jalan-jalan protokol mulai padat oleh hingar bingar kendaraan yang saling mendahului, beberapa batas jalan yang landai masih menyisakan genangan air pertanda hujan kemarin, rumah makan dan pusat perbelanjaan pun kebanjiran pengunjung. Tak heran jika kota yang dijuluki Kota Daeng ini menjadi tujuan wisata kuliner Indonesia wilayah timur, juga prospek utama bagi pemilik modal yang besar untuk berbisnis.

Masih di belahan Bumi yang sama; di satu perempat jalan dengan boulevart yang berukuran hampir tiga meter. Terlihat bebarapa pemuda, ada yang berbincang ringan sembari tertawa sekadar menghilangkan penat, ada pula yang cuma diam dengan mata yang sedang mencari-cari. Mereka sedang tidak dalam penggalangan dana ataupun mensosialisasikan suatu kegiatan. Mereka ini adalah penggerak Save Street ChildMakassar yang tengah berencana membuka ruang-ruang interaksi bersama adik-adik yang bertaruh hidup di jalan. 

Kelas Belajar Mal Panakkukang disingkat KB Mapan; merupakan Kelas belajar ketiga yang diadakan SSC Makassar setelah sebelumnya KB Sayan (desa nelayan) dan KB Pasi (pantai Losari). Ke tiga kelas belajar ini diadakan sekali seminggunya. Nah untuk KB Mapan sendiri diadakan tiap jumat malam di sekitaran Mal Panakkuang. Sabtu malam untuk KB Pasi dan minggu siang untuk KB Sayan.  
    
Selang beberapa waktu, jedah kesekian kali lampu tiga warna silih berganti. Beberapa adik-adik mulai berdatangan. Di wajahnya beterbangan banyak tanda tanya, menguak rasa penasaran anak-anak yang begitu sulit untuk disembunyikan. Melihatnya seperti itu, beberapa kakak sudah mulai menyibak wajah malu-malu mereka yang tertutupi temaran lampu jalan dengan memulai perkenalan yang diselingi sedikit candaan. Sementara itu, di sela-sela pembicaraan dengan orang tua salah satu adik didik; beliau berkata "Saya itu toh kusukaji kalo ada itu kayak mahasiswa yang mau ajarki anak-anak, kukira malu-maluki' bergaul sama kita yang suka minta-minta!" ungkapnya dengan intonasi Makassar asli. Bukankah di mata Tuhan, tiap-tiap manusia itu sama. Hanya saja terkadang, mata manusia semaunya saja mengkotak-kotakkan sesamanya. Beberapa orang tua pun telah menyetujui anak-anak mereka untuk ikut KB Mapan. 

###

Emperan rumah toko yang tidak beraktifitas pada malam hari menjadi pilihan tempat yang pas buat kami menggelar alas seadanya. Kak Fahri mendapat kehormatan untuk membawakan kelas perdana malam itu. Setelah memperoleh buku dan alat tulis, tidak kurang dari sepuluh adik-adik telah duduk rapi menunggu instruksi sang kakak. Perkenalan singkat, pemahaman sifat dan karakater adik-adik yang kemudian dibungkus dengan mata pelajaran matematika tidak jarang membuat riuh tawa adik-adik. Malam semakin dingin, namun bagi kami tetap hangat dalam ruang dengan lingkaran bahagia yang kami dan adik-adik ciptakan. 




Sebagian orang beranggapan pertemuan pertama adalah hal yang berkesan, namun di keluarga kecil SSC ini tiap perjumpaan itu adalah tempat untuk memperbarui dan membuat lebih banyak kesan lagi, cinta juga cita-cita yang lebih tinggi. Bukankah betapa sederhananya untuk menikmati hidup.  

Mari bergerak dan menggerakkan.

No comments:

Post a Comment