Suasana
di kota-kota metropolitan selalu saja memiliki pemandangan yang serupa. Kehadiran
gemerlapan cahaya seakan wajib di setiap sudut kota. Tak terkecuali jumat malam
kota kita, Makassar. Aroma akhir pekan mulai terasa; Jalan-jalan protokol mulai
padat oleh hingar bingar kendaraan yang saling mendahului, beberapa batas jalan
yang landai masih menyisakan genangan air pertanda hujan kemarin, rumah makan
dan pusat perbelanjaan pun kebanjiran pengunjung. Tak heran jika kota yang
dijuluki Kota Daeng ini menjadi tujuan wisata kuliner Indonesia wilayah timur,
juga prospek utama bagi pemilik modal yang besar untuk berbisnis.
Masih
di belahan Bumi yang sama; di satu perempat jalan dengan boulevart yang berukuran
hampir tiga meter. Terlihat bebarapa pemuda, ada yang berbincang ringan sembari
tertawa sekadar menghilangkan penat, ada pula yang cuma diam dengan mata yang
sedang mencari-cari. Mereka sedang tidak dalam penggalangan dana ataupun
mensosialisasikan suatu kegiatan. Mereka ini adalah penggerak Save Street ChildMakassar yang tengah berencana membuka ruang-ruang interaksi bersama adik-adik
yang bertaruh hidup di jalan.
Kelas Belajar Mal Panakkukang
disingkat KB Mapan; merupakan Kelas belajar ketiga yang diadakan SSC Makassar
setelah sebelumnya KB Sayan (desa nelayan) dan KB Pasi (pantai Losari). Ke tiga
kelas belajar ini diadakan sekali seminggunya. Nah untuk KB Mapan sendiri
diadakan tiap jumat malam di sekitaran Mal Panakkuang. Sabtu malam untuk KB
Pasi dan minggu siang untuk KB Sayan.
Selang
beberapa waktu, jedah kesekian kali lampu tiga warna silih berganti. Beberapa adik-adik
mulai berdatangan. Di wajahnya beterbangan banyak tanda tanya, menguak rasa
penasaran anak-anak yang begitu sulit untuk disembunyikan. Melihatnya seperti
itu, beberapa kakak sudah mulai menyibak wajah malu-malu mereka yang tertutupi
temaran lampu jalan dengan memulai perkenalan yang diselingi sedikit candaan. Sementara
itu, di sela-sela pembicaraan dengan orang tua salah satu adik didik; beliau
berkata "Saya itu toh kusukaji kalo
ada itu kayak mahasiswa yang mau ajarki anak-anak, kukira malu-maluki' bergaul
sama kita yang suka minta-minta!" ungkapnya dengan intonasi Makassar
asli. Bukankah di mata Tuhan, tiap-tiap manusia itu sama. Hanya saja terkadang,
mata manusia semaunya saja mengkotak-kotakkan sesamanya. Beberapa orang tua pun
telah menyetujui anak-anak mereka untuk ikut KB Mapan.
###
Emperan
rumah toko yang tidak beraktifitas pada malam hari menjadi pilihan tempat yang
pas buat kami menggelar alas seadanya. Kak Fahri mendapat kehormatan untuk
membawakan kelas perdana malam itu. Setelah memperoleh buku dan alat tulis, tidak
kurang dari sepuluh adik-adik telah duduk rapi menunggu instruksi sang kakak. Perkenalan
singkat, pemahaman sifat dan karakater adik-adik yang kemudian dibungkus dengan
mata pelajaran matematika tidak jarang membuat riuh tawa adik-adik. Malam
semakin dingin, namun bagi kami tetap hangat dalam ruang dengan lingkaran
bahagia yang kami dan adik-adik ciptakan.
Sebagian
orang beranggapan pertemuan pertama adalah hal yang berkesan, namun di keluarga
kecil SSC ini tiap perjumpaan itu adalah tempat untuk memperbarui dan membuat
lebih banyak kesan lagi, cinta juga cita-cita yang lebih tinggi. Bukankah
betapa sederhananya untuk menikmati hidup.
Mari
bergerak dan menggerakkan.
No comments:
Post a Comment